A.PENGERTIAN BAHASA
Para pakar
memiliki beragama pengertian tentang agama. Secara etimologi, kata “agama”
bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan diambil dari istilah bahasa
Sansekerta yang menunjuk pada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan Budhisme
di India. Agama terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” berarti
kacau. Dengan demikian, agama adalah sejenis peraturan yang menghindarkan
manusia dari kekacauan, serta mengantarkan menusia menuju keteraturan dan
ketertiban.
Dalam bahasa
Belanda, Jerman, dan Inggris, ada kata yang mirip sekaligus memilliki kesamaan
makna dengan kata “gam”. Yaitu ga atau gaa dalam bahasa
Belanda; gein dalam bahasa Jerman, dan go dalam bahasa
Inggris. Kesemuanya memiliki makna yang sama atau mirip, yaiut pegi. Setelah
mendapatkan awalan dan akhiran a, ia mengalami perubahan makna. Dari
bermakna pergi berubah menjadi jalan. Kemiripan seperti ini
mudah dimaklumi karena bahasa Sansekerta, Belanda, Jerman, dan Inggris,
kesemuanya termasuk rumpun bahasa Indo-Jerman.
Selain itu,
dikenal pula istilah religion bahasa Inggris, religio atau religi dalam
bahasa Latin, al-din dalam bahasa Arab, dan dien dalam
bahasa Semit. Kata-kata itu ditengarai memiliki kemiripan makna dengan kata
“agama” yang berasal dari bahasa Sansekerta itu.Religious (Inggris)
berarti kesalehan, ketakwaan, atau sesuatu yang sangat mendalam dan
berlebih-lebihan. Yang lain menyatakan bahwa religion adalah: (1)
keyakinan pada Tuhan atau kekuatan supramanusia untuk disembah sebagai pencipta
dean penguasa alam semesta; (2) sistem kepercayaan dan peribadatan tertentu.
Menurut Olaf
Scuhman, baik religion maupun religio, keduanya berasala
dari akar kata yang sama, yaitu religare yang berarti “mengikat
kembal”, atau dari kata relegere yang berarti “menjauhkan, menolak,
melalui”. Arti yang kedua, relegere dipegang oleh pujangga ada
filosof Romawi Cicero dan Teolog Protestan Karl Barth, dan sebab itu mereka
melihatreligio sebagai usaha manusia yang hendak memaksa Tuhan untuk
memberikan sesuatu, lalu manusia menjauhkan diri lagi.
Sementara Sayyed
Hossein Nasr mengatakan “religare” yang berarti “mengikat” merupakan lawan dari
“membebaskan”. Ajaran Sepuluh Perintah (Ten Commandments) ya ng membentuk
fondasi moralitas Yahudi dan Kristen terdiri dari sejumlah pernyataan
“janganlah kamu”, yang menunjukkan suatu pembatasan dan bukan pembebasan .
Agama juga
disebut dengan istilah din. Dalam bahasa Semit, din berarti
undang-undang atau hokum. Dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai,
menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan.
Gambar 1. Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://mbegedut.blogspot.com/2011/06/aspek-aspek-religiusitas-dimensi.html |
B. Fungsi
Dan Tujuan Agama
Menurut Abuddin
Nata sekurang-kurangnya hanya ada tiga alasan perlunya manusia terhadapa agama,
yakni:
1.Latar belakang fitah manusia. Kenyataan bahwa
manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buta pertama kali ditegaskan dalam
ajaran Islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan manusia.
2.Alasan lain mengapa manusia perlu beragama
menurut Abuddin Nata adalah kelemahan dan kekurangan manusia.
Alasan inipun kelihatannya bisa diterima, di samping karena keterbatasan akal
manusia untuk menentukan hal-hal yang di luar kekuatan pikiran manusia itu
sendiri, juga karena manusia sendiri merupakan makhluk dha’if (lemah)
yang sangat memerlukan agama.
3.Adanya tantangan manusia. Manusia dalam
kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun
dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan syetan,
sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang
dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya memalingkan manusia dari Tuhan.
Gambar 2. Diunduh pada 16 Maret 2014: http://mbegedut.blogspot.com/2011/06/aspek-aspek-religiusitas-dimensi.html |
C. Dimensi
(Unsur-Unsur) Agama
Demikian
kompleksnya pendefinisian agama. Definisi yang dikemukakan para ahli itu pun
tidak selalu komprehensif. Sebagian tampak parsial karena hanya menyangkut
sebagian dari realitas agama. Definisi adalah suatu batasan, sementara agama
tak bisa dibatasi. Namun, untuk memudahkan, perlu dikemukakan unsur-unsur pokok
yang lazim menyangga suatu agama. Harun Nasution menyimpulkan, agama memiliki
unsur-unsur sebagai berikut:
1.Kekuatan gaib. Manusia merasa dirinya lemah dan
berhajat pada keuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu,
manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut.
Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan laranagan
keuatan gaib itu. Mengacu pada unsur yang pertama, dapat dikatakan bahwa agama
sesungguhnya berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris atau supra empiris.
2.Keyakinan bahwa kesejahteraan di dunia ini dan
hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib
yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan
kebahagiaan yang dicari akan hilang pula.
3.Respons manusia yang bersifat emosional. Respons
itu bisa mengambil bentuk perasaan takut seperti pada agama-agama primitive
atau perasaan cinta seperti agama-agama monoteisme. Selanjutnya, respons
mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitf, atau
pemujaan yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Lebih lanjut lagi, respons
itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
4.Paham adanya yang kudus dan suci dalam bentuk
kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama
bersangkutan, dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.
Dari segi
psikologi, L. B. Brown mengatakan dalam bukunya Psychology and Religion memberikan
lima variabel agama, yang meliputi:
1.Tingkah laku (behaviour) atau praktek-praktek
yang menggambrakan keadaan agama, dikembangkan biasanya melalui kerap tidaknya
pergi ke gereja, membaca injil dan sebagainya.
2.Renungan suci dan iman (belief), iman biasanya
dihubungkan dengan kerangka kepercayaan yang umum dan yang khusus tertentu.
3.Perasaan keagamaan atau pengalaman (experience)
dan kesadaran tentang sesuatu yang transeden yang dapat memberikan dasar yang
kokoh bagi kehidupan keagamaan.
4.Keterikatan (involvement) dengan suatu jama’ah
yang menyatakan diri sebagai institusi nilai, sikap atau kepercayaan.
5.Consequential effects dari pandangan-pandangan keagamaan dalam tingkah laku yang non-agama dan dalam tingkah laku moral.
5.Consequential effects dari pandangan-pandangan keagamaan dalam tingkah laku yang non-agama dan dalam tingkah laku moral.
D. Seni
Filsafat seni
merupakan salah satu cabang dari rumpun estettika filsafat yang khusus
menelaah seni. Locius Garvin memberikan batasan tentang filsafat seni sebagai
cabang filsafat yang berhubungan teori tentang penciptaan seni, pengalaman seni
dan kritik seni (the branch of philosophy whit art criticism).
Pengertian seni ini dipakai dalam bermacam-macam arti, antara lain:
Pengertian seni ini dipakai dalam bermacam-macam arti, antara lain:
1.Seni sebagai kemahiran (skill) dilawankan dengan
ilmu (sciece). Sering dilakukan bahwa ilmu mengejar seseorang untuk mengetahui
dan seni untuk mengejar seseorang untuk berbuat, keduanya saling melengkapi.
Gambar 3. Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://ptk-pnf-padangpanjang.blogspot.com/2010/06/pameran-karya-seni-pls.html |
2.Seni sebagai kegiatan manusia (human activities)
dilawankan dengan kerajinan (craft). Ciri-ciri yang membedakan seni/art dan
kerajinan/craft ialah bahwa seni bersifat perlambang dan menciptakan realita
baru, sedangkan kerajinanmerupakan pekerjaan rutin yang disesuaikan dengan
kegunaan praktis.
Gambar 4. Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://rangkuman-materiku.blogspot.com/search/label/Bahan%20Ajar%20IPS%20Ekonomi |
3.Seni sebagai karya seni (work of art atau artwork)
dilawankan dengan benda-benda alamiah. Karya seni merupakan produk dari
kegiatan manusia. dalam artian yang seluas-luasnya seni meliputi setiap benda
yang dibuat manusia.
Gambar 5. Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://thesaladcaper.com/2013/12/01/finding-the-right-artwork-can-add-dollars-to-your-property-value/ |
4.Seni sebagai seni indah (fine art) dilawan kan
dengan seni berguna (useful art). Seni indah dinyatakan sebagai seni terutama
bertalian dengan perbuatan benda-benda dengan kepentingan estetis sehinga
berbeda dari seni.
Gambar 6. Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://marciabaldwin.artspan.com/ |
5.Seni sebagai seni penglihatan (visual art)
dilawankan dengan seni pendengaran.
Gambar 7. Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://ajidoank94.wordpress.com/news-2/corat-coret-berseni-grafity/ |
Sumber:
1.
Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://penaraka.blogspot.com/2012/04/pengertian-agama.html
2.
Drs. H. Achmad Gholib, MA . Study Islam, Pengantar Memahami Agama,
al-Qur’an al Hadits dan Sejarah Peradaban Islam. Faza Media, 2006.
3.
Mujahid Abdul Manaf. Ilmu Perbandingan Agama. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
1994.
4.
Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://www.alikoto-artgallery.com/2013/06/filsafat-seni.html
5.
Kartono, Ario. 2005. Berkreasi Seni. Bandung : Ganeca Exact.
Hai sandy, Materinya sudah baik, ditambag gambar-gambar yang mendukung dan penjelasan yang tidak bertele-tele. Nilai 90
BalasHapusHai sandy infonya menarik bgt nilainya 90 nih
BalasHapusKeren san,bnyak materinya ga bikin bete yg baca.
BalasHapusHai sandy. kalau dari isinya sudah lumayan lengkap dari mulai sumber perngertiannya sudah jelas! intinya sudah bagus karena semua pengertian dari sumbernya yang jelas. Nilainya 90
BalasHapus