Rabu, 04 Juni 2014

Resensi Teater Cipoa

Judul cerita             : Cipoa(tipu-tipu)
Pengarang              : Putu Wijaya
Waktu penampilan   : 24 Mei 2014(dibawakan oleh ST Manis)
Sutradara                : Adri Prasetyo

Sinopsis:

Hari sabtu 24 Mei pementasan teater berjudul Cipoa di Auditorium Anggrek Universitas Bina Nusantara berlangsung meriah. Teater ini memberikan warna yang indah terhadap perkembangan zaman yang sangat cepat dan memberikan banyak arti hidup.
Dalam teater cipoa ini banyak hal yang bisa didapatkan dan sangat memikirkan aspek-aspek yang ada di kehidupan dan teater ini dikemas dalam dialog komedi satir tentang hal-hal yang sedang melanda masyarakat dan negeri kita sekarang ini. Pementasan Cipoa terdiri dari 2 bagian, bagian pertama menceritakan masalah yang akan dihadapi dan menanggapi hal yang begitu, isi monolognya seperti memberi pengantar tentang apa yang akan terjadi di babak selanjutnya. Bagian selanjutnya dikemas dalam drama komedi satir yang mengambil setting di sebuah pertambangan.
Cerita yang diusung tentang sebuah eksplorasi pertambangan untuk mencari harta karun yang bisa mewakili peran-peran berbagai macam elemen di masyarakat seperti penguasa (peran Juragan), birokrat (peran anak buah Juragan), kaum wanita (peran para istri), rakyat jelata (peran para pekerja tambang). Dengan komposisi peran seperti itu dan format komedi satir yang sudah dikuasai sangat membuat pementasan bisa mendramatisasi berbagai macam persoalan bangsa.
Sebagai contoh ketika adegan Juragan menekan anak buahnya yang lugu untuk mau menjadi corong penguasa dan menipu rakyat terasa sangat membumi karena kita bisa dapati pada kehidupan sehari hari. Kemudian ketika adegan harta karun berupa bongkahan emas yang dijual oleh Juragan ke Orang Kaya asal Jepang dengan harga bongkahan batu saja, semua itu digambarkan penuh dengan aksi tipu menipu untuk kepentingan sendiri yang dijustifikasi dengan semboyan bohong itu benar untuk kebaikan. Tentunya kebaikan yang menipu. Adegan tipu menipu ini mengundang tawa penonton tiada henti hingga akhir pementasan.
Para pemain kali ini bermain dengan sangat baik. Sebagai catatan setiap celetukan istri Juragan selalu saja dapat diasosiasikan dengan kritikan atas kondisi masyarakat sekarang. Kemudian Alung yang memerankan rakyat jelata yang lugu tapi skeptis ini sangat lihai menghidupkan suasana kocak. Kemudian Tivri sebagai birokrat yang masih memiliki nilai moral kejujuran digambarkan sering mendapat sial dan malu, celananya sering dibikin melorot hingga hanya tampak celana dalamnya yang dekil itu membuat penonton tertawa terpingkal pingkal. Alhasil di akhir pementasan semua menjadi sadar bahwa bohong dan tipu menipu itu hanya akan membawa sengsara dan memberi keuntungan pada pihak asing saja.

Kelebihan:
                                                                            
·         Ceritanya sangat menarik karena sesuai dengan apa yang sedang terjadi di Indonesia
·         Alur cerita dikemas dengan baik sehingga perpindahan dialog antar tokoh terkesan sangat menarik
·         Banyak makna eksplisit yang menarik untuk digali lebih dalam
·         Pembawaan tokoh sangat unik sehingga menampilkan unsur komedi yang mewah
·         Memiliki daya tarik tersendiri karena latar cerita sangat sebanding dengan keadaan negeri

Kekurangan:

·         Masih banyak gerakan yang terkesan sangat membosankan
·         Alur cerita sulit dimengerti oleh orang awam

Amanat:

Semuanya harus sadar bahwa kebohongan dan tipu menipu itu hanya akan membawa sengsara dan memberi keuntungan pada satu pihak saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar