Selasa, 25 Maret 2014

Filsafat Manusia Halaman 53-55

2.Tetapi meskipun Aquinas menekankan kesatuan manusia, persatuan erat antara jiwa dan badan, ia mempertahankan bahwa ada suatu perbedaan nyata antara jiwa dan fakultas-fakultas nya, ada antara fakultas-fakultas itu sendiri. Di dalam jiwa manusia ada fakultas-fakultas atau kemampuan-kemampuan untuk bertindak yang di dalam potensialitas bagi aktus-aktus mereka dan yang harus dibedakan menurut tindakan dan objek mereka masing-masing. Beberapa kemampuan atau fakultas ini menjadi milik jiwa sendiri dan todak tergantung secara intrinsik pada organ tubuh, sementara yang lain termasuk di dalam compositum/senyawa dan tidak dapat dilaksanakan tanpa badan. Kemampuan-kemampuan yang khas menjadi milik jiwa meskipun jiwa dipisahkan dari bada, sedangkan yang lain tetap di dalam jiwa yang terpisah hanya secara potensial, dalam arti bahwa jiwa masih mempunyai kemampuan jauh untuk melaksanakan tugasnya, yang hanya bisa terjadi bila jiwa disatukan kembali dengan badan.
Ada hirarki di dalam kemampuan-kemampuan atau fakultas-fakultas tersebut. Fakultas vegetatif yang terdiri dari kemampuan makan,berkembang dan reproduksi mempunyai sebagai objeknya ialah badannya yang dipersatukan dengan jiwa atau hidup. Fakultas sensitif yang terdiri dari indera-indera luar, yaitu penglihatan, pendengaran, pembauan, rasa, sentuhan dan indera-indera dalam, yaitu sensus communis, fantasi atau imaginasi, daya untuk menaksir dan daya ingat mempunyai sebagai objeknya tidak hanya badannya sendiri tetapi setiap badan yang bisa ditangkap dengan indera. Fakultas rasional yang terdiri dari intelek aktif dan pasif mempunyai sebagai objeknya tidak hanya badan yang bisa ditangkap dengan indera tetapi ada pada umumnya. Maka semakin tinggi kemampuan yang ada semakin luas dan komprehensif pula objeknya.
Kemampuan-kemampuan ini mengalir dari esensi jiwa sebagai prinsip mereka,tetapi mereka benar-benar dapat dibedakan satu dari yang lainnya. Mereka mempunyai objek formal yang berbeda, aktivitas mereka juga berbeda-beda, maka mereka benar-benar merupakan kemampuan-kemampuan yang berbeda-beda

3.Sedikit komentar mengenai 'indera dalam' yang terdapat baik di dalam binatang maupun di dalam manusia. Kemampuan-kemampuan ini disebut 'indera', meskipun tidak dibedakan dari indera luar sebagaimana kita biasa memahami istilah itu, sebab kemampuan ini tidak melibatkan rasio,tetapi lebih melibatkan kehidupan perasaan. Misalnya, bisa diperkirakan bahwa seekor burung mempunyai kegiatan instingtif, sehingga mereka dapat 'memutuskan' bahwa ranting yang dilihatnya akan berguna untuk membangun sarangnya: ia tidak bisa memutuskan hanya berdasar penglihatan,karena yang dilihatnya hanyalah warna, tetapi ia juga tidak juga bernalar atau memutuskan  dalam arti sesungguhnya dengan menggunakan rasio: maka disebut bahwa ia mempunyai 'indera dalam' yang memungkikannya menangkap kegunaan rating.
Menurut Aquinas ada 4 indera dalam. Pertama, indera dalam yang membeda-bedakan dan juga menyatukan data yang ditangkap oleh indera-indera luar. Mata melihat warna, telinga mendengar suara, tetapi meskipun indera penglihatan dapat membedakan warna satu dari yang lainnya, ia tidak bisa membedakan warna dari suara, sebab ia tidak dapat mengarahkan suara kepada objek berwarna yang dilihatnya, ketika seseorang berbicara dengan anjingnya. Fungsi pembedaan dan penyatuan ini dijalankan oleh indera umum atau sensus communis. Kedua, binatang dapat 'merekam' forma-forma yang ditangkap oleh indera, dan fungsi ini dilaksanakan oleh imaginasi (phantasia atau imaginatio), yang merupakan 'suatu perbendaharaan tertentu dari forma-forma yang diterima melalui indera'. Ketiga, binatang dapat memahami benda-benda yang tidak dapat ditangkapnya melalui indera, misalnya, bahwa sesuatu berguna baginya, bahwa seseorang atau sesuatu bersahabat atau bermusuhan, dan tugas ini dilaksanakan oleh vis aestimative (daya menaksir). Yang terakhir, vis memorative (daya ingat). Apa yang di dalam binatang disebut vis aesmitative, di dalam manusia disebut vis cogitative.

4. Kecuali lima indera luar, empat indera dalam, kemampuan untuk bergerak,keinginan sensitif dan fakultas-fakultas rasional kognitif, manusia juga memiliki kehendak (voluntas). Kehendak berbeda dari keinginan sensitif, karena kehendak menginginkan kebaikan sendiri atau kebaikan pada umumnya, sedangkan keinginan sensitif (inderawi) tidak menginginkan kebaikan pada umumnya, tetapi objek khusus dari keinginan yang disajikan oleh indera.

Lebih-lebih,kehendak itu dari kodratnya diarahkan kepada kebaikan pada umumnya, dan dengan niscaya menginginkan kebaikan pada umumnya. Namun, keniscayaan ini tidaklah merupakan keniscayaan yang dipaksakan, suatu keniscayaan yang menekan kehendak dengan kekerasan. Keniscayaan ini mengalir dari kehendak sendiri,yang dari kodratnya menginginkan tujuan terakhir atau kebahagiaan (beatitudo).
Namun, meskipun manusia secara niscaya menginginkan kebahagiaan, ini tidak berarti bahwa ia tidak bebas di dalam pilihan-pilihan khususnya. Ada beberapa kebaikan partikular yang tidak selalu membimbing ke arah kebahagiaan, dan manusia bebas untuk menginginkan hal-hal tersebut atau tidak. Meskipun kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan di dalam pemilikan Allah, hanya di dalam pencapaian kebaikan tak terbatas, ini tidak berarti bahwa setiap orang mesti mempunyai keinginan sadar akan Allah atau bahwa dia secara niscaya menghendaki sarana-sarana yang membimbingnya ke Allah. Dalam arti tertentu, manusia selalu menginginkan Allah, sebab ia secara niscaya menghendaki kebahagiaan dan de facto kebahagiaan hanya dapat ditemukan dalam pencapaian Allah, Kebaikan tak terbatas. Tetapi karena kurangnya visi yang jelas mengenai Allah sebagai Kebaikan tak terbatas, mungkin bagi manusia objek-objek kelihatan dianggap berhubungan langsung dengan kebahagiaan padahal tidaklah demikian, sehingga ia dapat menempatkan kebahagiaannya di dalam sesuatu yang berbeda dari Allah sendiri. Apa pun yang diinginkan manusia, ia menginginkannya sebagai sesuatu yang baik, sungguh-sungguh atau hanya kelihatannya (ia secara niscaya menghendaki sesuatu sub ratione boni), tetapi ia tidak secara niscaya menghendaki Kebaikan tak terbatas yang sebenernya.
Kehendak bebas (liberum arbitrium) bukanlah suatu kemampuan atau fakultas yang berbeda (different) dari kehendak. Namun ada perbedaan batin(mental distinction) di antara mereka, sebab kata 'kehendak' menunjukkan fakultas sebagai prinsip dari semua penghendakan kita, baik bersifat niscaya(dalam kaitan dengan tujuan,yaitu kebahagiaan) maupun bebas(dalam kaitan dengan pilihan akan sarana untuk mencapai tujuan),sedangkan 'kehendak bebas' menunjukkan fakultas yang sama sebagai prinsip dari pilihan bebas kita atas sarana untuk mencapai tujuan. Bahwa manusia itu bebas merupakan akibat dari kenyataan bahwa dia bersifat rasional. Seekor tikus 'memutuskan' berdasar insting bahwa kucing harus dihindari, tetapi manusia mempertimbangkan dan memutuskan bahwa suatu kebaikan harus dicapai atau suatu kejahatan harus dihindari berdasar tindakan bebas dari budinya.

1 komentar:

  1. Dalam postingan ini,saya mendapatkan banyak hal yang baru bahwa energi yang tidak bisa dikalahkan hanya milik Allah,manusia hanya bisa mengikuti permainan yang telah diciptakanNya. Yang membuat ini sangat menarik adalah adanya kehendak-kehendak yang hanya bisa dilakukan oleh manusia tanpa terkecuali. Namun dari semuanya,tulisan ini sangat sulit dipahami karena tata bahasa yang digunakan sangat tidak biasa

    BalasHapus