Rabu, 19 Maret 2014

Religion,Arts

A.PENGERTIAN BAHASA

Para pakar memiliki beragama pengertian tentang agama. Secara etimologi, kata “agama” bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan diambil dari istilah bahasa Sansekerta yang menunjuk pada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan Budhisme di India. Agama terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” berarti kacau. Dengan demikian, agama adalah sejenis peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengantarkan menusia menuju keteraturan dan ketertiban.
Dalam bahasa Belanda, Jerman, dan Inggris, ada kata yang mirip sekaligus memilliki kesamaan makna dengan kata “gam”. Yaitu ga atau gaa dalam bahasa Belanda; gein dalam bahasa Jerman, dan go dalam bahasa Inggris. Kesemuanya memiliki makna yang sama atau mirip, yaiut pegi. Setelah mendapatkan awalan dan akhiran a, ia mengalami perubahan makna. Dari bermakna pergi  berubah menjadi jalan. Kemiripan seperti ini mudah dimaklumi karena bahasa Sansekerta, Belanda, Jerman, dan Inggris, kesemuanya termasuk rumpun bahasa Indo-Jerman.
Selain itu, dikenal pula istilah religion bahasa Inggris, religio atau religi  dalam bahasa Latin, al-din dalam bahasa Arab, dan dien dalam bahasa Semit. Kata-kata itu ditengarai memiliki kemiripan makna dengan kata “agama” yang berasal dari bahasa Sansekerta itu.Religious (Inggris) berarti kesalehan, ketakwaan, atau sesuatu yang sangat mendalam dan berlebih-lebihan. Yang lain menyatakan bahwa religion adalah: (1) keyakinan pada Tuhan atau kekuatan supramanusia untuk disembah sebagai pencipta dean penguasa alam semesta; (2) sistem kepercayaan dan peribadatan tertentu.
Menurut Olaf Scuhman, baik religion maupun religio, keduanya berasala dari akar kata yang sama, yaitu religare   yang berarti “mengikat kembal”, atau dari kata relegere yang berarti “menjauhkan, menolak, melalui”. Arti yang kedua, relegere dipegang oleh pujangga ada filosof Romawi Cicero dan Teolog Protestan Karl Barth, dan sebab itu mereka melihatreligio sebagai usaha manusia yang hendak memaksa Tuhan untuk memberikan sesuatu, lalu manusia menjauhkan diri lagi. 
Sementara Sayyed Hossein Nasr mengatakan “religare” yang berarti “mengikat” merupakan lawan dari “membebaskan”. Ajaran Sepuluh Perintah (Ten Commandments) ya ng membentuk fondasi moralitas Yahudi dan Kristen terdiri dari sejumlah pernyataan “janganlah kamu”, yang menunjukkan suatu pembatasan dan bukan pembebasan .
Agama juga disebut dengan istilah din. Dalam bahasa Semit, din  berarti undang-undang atau hokum. Dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan.

Gambar 1. Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://mbegedut.blogspot.com/2011/06/aspek-aspek-religiusitas-dimensi.html

B.    Fungsi Dan Tujuan Agama

Menurut Abuddin Nata sekurang-kurangnya hanya ada tiga alasan perlunya manusia terhadapa agama, yakni:

1.Latar belakang fitah manusia. Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buta pertama kali ditegaskan dalam ajaran Islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan manusia.
2.Alasan lain mengapa manusia perlu beragama menurut  Abuddin Nata adalah kelemahan dan kekurangan  manusia. Alasan inipun kelihatannya bisa diterima, di samping karena keterbatasan akal manusia untuk menentukan hal-hal yang di luar kekuatan pikiran manusia itu sendiri, juga karena manusia sendiri merupakan makhluk dha’if (lemah) yang sangat memerlukan agama.
3.Adanya tantangan manusia. Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan syetan, sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya memalingkan manusia dari Tuhan.
Gambar 2. Diunduh pada 16 Maret 2014: http://mbegedut.blogspot.com/2011/06/aspek-aspek-religiusitas-dimensi.html

  
C.    Dimensi (Unsur-Unsur) Agama

Demikian kompleksnya pendefinisian agama. Definisi yang dikemukakan para ahli itu pun tidak selalu komprehensif. Sebagian tampak parsial karena hanya menyangkut sebagian dari realitas agama. Definisi adalah suatu batasan, sementara agama tak bisa dibatasi. Namun, untuk memudahkan, perlu dikemukakan unsur-unsur pokok yang lazim menyangga suatu agama. Harun Nasution menyimpulkan, agama memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1.Kekuatan gaib. Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada keuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu, manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan laranagan keuatan gaib itu. Mengacu pada unsur yang pertama, dapat dikatakan bahwa agama sesungguhnya berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris atau supra empiris.
2.Keyakinan bahwa kesejahteraan di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula.
3.Respons manusia yang bersifat emosional. Respons itu bisa mengambil bentuk perasaan takut seperti pada agama-agama primitive atau perasaan cinta seperti agama-agama monoteisme. Selanjutnya, respons mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitf, atau pemujaan yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Lebih lanjut lagi, respons itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
4.Paham adanya yang kudus dan suci dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan, dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.

Dari segi psikologi, L. B. Brown mengatakan dalam bukunya Psychology and Religion memberikan lima variabel agama, yang meliputi:

1.Tingkah laku (behaviour) atau praktek-praktek yang menggambrakan keadaan agama, dikembangkan biasanya melalui kerap tidaknya pergi ke gereja, membaca injil dan sebagainya.
2.Renungan suci dan iman (belief), iman biasanya dihubungkan dengan kerangka kepercayaan yang umum dan yang khusus tertentu.
3.Perasaan keagamaan atau pengalaman (experience) dan kesadaran tentang sesuatu yang transeden yang dapat memberikan dasar yang kokoh bagi kehidupan keagamaan.
4.Keterikatan (involvement) dengan suatu jama’ah yang menyatakan diri sebagai institusi nilai, sikap atau kepercayaan.
5.Consequential effects dari pandangan-pandangan keagamaan dalam tingkah laku yang non-agama dan dalam tingkah laku moral.

D. Seni

Filsafat seni merupakan salah satu cabang dari rumpun estettika  filsafat yang khusus menelaah seni. Locius Garvin memberikan batasan tentang filsafat seni sebagai cabang filsafat yang berhubungan teori tentang penciptaan seni, pengalaman seni dan kritik seni (the branch of philosophy whit art criticism).

  Pengertian seni ini dipakai dalam bermacam-macam arti, antara lain:
1.Seni sebagai kemahiran (skill) dilawankan dengan ilmu (sciece). Sering dilakukan bahwa ilmu mengejar seseorang untuk mengetahui dan seni untuk mengejar seseorang untuk berbuat, keduanya saling melengkapi.
Gambar 3. Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://ptk-pnf-padangpanjang.blogspot.com/2010/06/pameran-karya-seni-pls.html
2.Seni sebagai kegiatan manusia (human activities) dilawankan dengan kerajinan (craft). Ciri-ciri yang membedakan seni/art dan kerajinan/craft ialah bahwa seni bersifat perlambang dan menciptakan realita baru, sedangkan kerajinanmerupakan pekerjaan rutin yang disesuaikan dengan kegunaan praktis.
Gambar 4. Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://rangkuman-materiku.blogspot.com/search/label/Bahan%20Ajar%20IPS%20Ekonomi
3.Seni sebagai karya seni (work of art atau artwork) dilawankan dengan benda-benda alamiah. Karya seni merupakan produk dari kegiatan manusia. dalam artian yang seluas-luasnya seni meliputi setiap benda yang dibuat manusia.
Gambar 5. Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://thesaladcaper.com/2013/12/01/finding-the-right-artwork-can-add-dollars-to-your-property-value/
4.Seni sebagai seni indah (fine art) dilawan kan dengan seni berguna (useful art). Seni indah dinyatakan sebagai seni terutama bertalian dengan perbuatan benda-benda dengan kepentingan estetis sehinga berbeda dari seni.
Gambar 6. Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://marciabaldwin.artspan.com/
5.Seni sebagai seni penglihatan (visual art) dilawankan dengan seni pendengaran.
Gambar 7. Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://ajidoank94.wordpress.com/news-2/corat-coret-berseni-grafity/


Sumber:

1.       Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://penaraka.blogspot.com/2012/04/pengertian-agama.html
2.       Drs. H. Achmad Gholib, MA . Study Islam, Pengantar Memahami Agama, al-Qur’an al Hadits dan Sejarah Peradaban Islam. Faza Media, 2006.
3.       Mujahid Abdul Manaf. Ilmu Perbandingan Agama. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1994. 
4.       Diunduh pada tanggal 16 Maret 2014: http://www.alikoto-artgallery.com/2013/06/filsafat-seni.html
5.       Kartono, Ario. 2005. Berkreasi Seni. Bandung : Ganeca Exact.




4 komentar:

  1. Hai sandy, Materinya sudah baik, ditambag gambar-gambar yang mendukung dan penjelasan yang tidak bertele-tele. Nilai 90

    BalasHapus
  2. Hai sandy infonya menarik bgt nilainya 90 nih

    BalasHapus
  3. Keren san,bnyak materinya ga bikin bete yg baca.

    BalasHapus
  4. Hai sandy. kalau dari isinya sudah lumayan lengkap dari mulai sumber perngertiannya sudah jelas! intinya sudah bagus karena semua pengertian dari sumbernya yang jelas. Nilainya 90

    BalasHapus